Selasa, 16 September 2008

Puisi: ”Ni Ayu boru Nasionalis”


Ni Ayu melompat girang, waktu lagu Indonesia Raya dikumandangkan.
Bentangan kain Merah-Putih yang dijahit sederhana itu, diarak angin ke awan-awan.
 
Lambat-laun namun pasti Sang Saka naik ke arah puncak tonggak,
Hendak menyusul dan meraih matari pada angkasa biru persada Indonesia.
 
Ni Ayu lihat wajah-wajah pahlawan di langit..
Baik yang kulit hitam dan putih, muka dan tubuh berdarah-darah kena bayonet,
Masih terdengar suara ledakan misil dan jeritan miris ditelinga..
Banyak teriakan Allah’hu Akbar dan Dalam Nama Tuhan Yesus!
 
Ni Ayu menunduk, merasakan getir mengingat mereka yang mati karena perang.
Sekarang sudah 63 tahun merdeka, mengapa masih ada yang mati kar’na penjajahan?
 
Penjajahan oleh kelaparan dan kekurangan gizi..
Penjajahan oleh pembodohan..
Penjajahan oleh kemiskinan dan diskriminasi SARA
Penjajahan oleh peradilan dan hukum yang sewenang-wenang..
Penjajahan oleh keserakahan segelintir kaum spekulan dan koruptor..
Penjajahan atas nama agama-agama..
Penjajahan dan adu domba.. 
Ni Ayu kecewa, terluka dan marah!
Bertanya-tanya siapakah si Penindas?

 
Si Penindas itu ibarat penjajah yang tak ingin Indonesia maju.
Si Penindas adalah mereka yang cuma ingin majukan diri sendiri!

Si penindas harus dilawan, kendati dibelakang kedok apapun!!
 
Ni Ayu bangkit dan berteriak: ”Angkat Senjata!”
Kita butuh alat untuk peperangan atas penjajahan kemanusiaan.
 
Bukan! 
Bukan dengan tombak, keris atau bedil.. tapi, 
Ilmu Pengetahuan, Kasih dan Keadilan yang kita perlu.
 
Berpantang kerja tak tuntas, merdekakan Indonesia sampai ke akar-aras.
Harus Merdeka!
 
----
Catatan Ibu pertiwi dalam lamunan panjang..
63 tahun Indonesia, masih merdeka setengah tonggak!

Ternyata.. oh ternyata.


Kamis, 31 Juli 2008

Puisi: "Meng-ADA di hati-mu"





Aku api!
Ku serakkan lelatu

Di keheningan labirin kehidupan
Atas nama damai, cinta dan harapan
Tiada sekejap henti dan putus
..... (hening yang lama)
Kunanti kelak
Si kelana dalam hiruk-pikuk labirin
Menemukan ceceran lelatu-ku
Juga atas nama damai, cinta dan harapan
Seraya merasa layak mengumpulkan
Lelatu hangat dalam pandora mimpi-nya..
Lalu mengejar api dalam hasrat
Meraih dan mendekap
Terbakar dan meleleh..
Mengalir ke hatinya
Hingga penuh,
 

Dan aku pun meng- A D A.